Pages

Selasa, 22 Oktober 2013

Benci dengan Ketika.

0 komentar

Aku sangat menyukai kata 'ketika'. Karena, kata 'ketika' memberikan awalan sebuah ceritra. Sebuah kejadian yang mungkin sulit untuk dilupakan. Apalagi semenjak aku mengenalnya.

Kurang lebih sudah sebulan yang lalu, ketika aku melihatnya pergi dari sini. Dia bilang kesibukan akan menelannya di masa datang. Namun, aku beruntung ketika aku yang ditelan oleh kesibukan. Karena hal itu dapat mempermudah aku untuk melupakan semua tentangnya.

Ketika aku sendiri tanpa kesibukan, semuanya pun terasa sakit. Sakit karena aku mengingatnya. Aku bisa mengatakan ini sakit karena aku sendiri yang merasakannya. Pernah kau merasakan sesakit ini?

Aku melihat dia telah memiliki seseorang yang dulunya aku, namun sekarang seseorang itu selain aku. Ya, orang lain. Tak berfikir kah dia? Tak ingatkah dia? Aku tak percaya lagi akan semua kata-kata yang dia ucapkan untukku dulu. Dulu.

Sekarang aku telah membuka mataku. Dulu, aku tak bisa melihat apapun karena kata-kata manisnya. Mungkin karena itu terlalu manis. Aku hanya mengingatkan kepada semua orang, khususnya perempuan, jangan terpancing dengan semua kata-kata lelaki yang terlalu manis. Karena pada akhirnya, semua itu akan terasa pahit.

Aku bisa melihat banyak orang yang lebih baik darinya. Terserah orang akan menilai apapun mengenai diriku. Bagaimana pun, aku yakin dengan keputusan ini.

Setelah aku lepas darinya, aku benci dengan kata 'ketika'. Karena kata tersebut memunculkan memori-memori indah bersamanya. Tapi sekarang, memori-memori yang dikatakan indah itu sudah aku simpan di tumpukan-tumpukan yang tidak akan aku buka dengan sengaja.

Dan ketika semua orang tahu mengetahui kabar ini. Biarlah mereka yang menilai. Karena aku rasa, aku sudah memberikan yang terbaik untuknya.
Jika kau atau dia membaca ini, jangan pernah mengucapkan kata 'ketika' di depanku.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Bukan Benar-benar Cinta Maura #2

1 komentar

Maura tertidur sejak tadi sore sesaat setelah ia pulang sekolah. Ketika Maura terbangun, Hanya alunan lagu Fix You dari Clod Play yang terdengar di keheningan malam itu. Ah sudah jam 8 ternyata, keluh Maura ketika melihat jam tangan yang masih ia pakai.

Sejak Maura mendengarkan cerita Rizuka dengan pacarnya, yang terpikirkan oleh Maura hanya kata Bagaimana dan Bagaimana. Maura belum menemukan jawabannya hingga Rizuka kembali ke Bogor untuk melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Seusai mandi, Maura mencari buku matematikanya di rak. Ketika dia tidak sengaja melihat buku seperti binder yang terlihat sudah usang. Ketika ia pegang, ia ragu untuk membukanya atau tidak. Tapi, pada akhirnya dia membuka buku itu.

Tidak Maura, jangan buka buku itu! Jangan kau buka Maura! Jang-
Dengan segera ia menutup kembali buku itu ketika ia mendengar suara hatinya sendiri. Namun ingatannya terlanjur untuk kembali.

Maaf Maura, aku merasa hubungan kita begini-gini saja. Aku bosan denganmu. Kalimat itu sangat membekas di memori Maura. Semakin Maura mencoba untuk melupakan, semakin kuat ingatan itu kembali. Air mata Maura terlalu berharga untuk menangisi kejadian itu, apalagi lelaki yang ia anggap jahat itu.

"Riz, salah aku apa sama dia? Aku udah korbanin semua waktuku buat dia, tapi dia?" Masih ingat di benak Maura ketika ia menangis di depan sahabatnya karena lelaki itu. "Sabar ya. Mungkin aku bisa bilang sabar kayak gini, tapi aku yakin aku juga belum tentu bisa sabar ngehadepin lelaki itu." ketika itu Rizuka memberikan pelukan yang hangat sekali, sampai Maura tertidur ketika ia masih menangis.

Maura menelfon Rizuka ketika ia ingat kejadian itu, "Hallo, Rizuka."
"Iya Ra, ada apa? Kok tiba-tiba telfon?" setengah kaget Rizuka menjawab
"Gimana sama si doi? Baik-baik aja kan?"
" Iya Ra, baik kok. Ada apa hei?" Rizuka masih penasaran
"Tiba-tiba aku ngerasa khawatir sama kamu."
"Aku baik-baik aja kok, Ra." sambil tersenyum Rizuka menjawab

Mungkin menurut Maura, cara menghilangkan kejenuhan seorang lelaki terhadap pasangannya hanya akan bisa dijawab oleh waktu. Terkecuali untuk seorang lelaki yang memang serius menjalin hubungannya, akan membuat suasana baru terhadap pasangannya tanpa merubah kadar cinta dan kasih sayangnya. Dan dia akan menjaga pasangannya, bukan malah menjerumuskannya ke dalam hal-hal negatif. Karena Maura berfikir, cinta masa remaja itu cinta dibawah umur. Ia hanya gadis remaja polos yang ingin menjaga harga dirinya. Maura selalu mengingatkan itu semua kepada Rizuka untuk tidak gegabah dengan seorang lelaki.

Dan dia, lelaki yang pernah bersama Maura, bukan benar-benar cintanya. Maura yakin akan hal itu.

Bukan Benar-benar Cinta Maura #1

0 komentar

Maura, apakah kau tau soal cinta? Cinta dia tidak tulus padamu. Tinggalkan lah dia. Secepatnya kau akan tau dia yang sebenarnya seperti apa. Tinggalkan lah dia Maura, ting--

Kriiiiiiiiiing!! Kriiiiiiing!! Kriiiiiiing!!

"Ah, telfon dari siapa lagi sih!?" gerutu Maura
"Maura sayaang, angkat telfonnya!"
"Iyaa Maah."

Ketika Maura mengangkat telfonnya, suara di sebrang sana mulai terdengar "Halloo..." suara yang terdengar tidak asing di telinga Maura. Maura berfikir keras mengingat suara siapa yang ada di telfon itu. "Masa kau tidak ingat dengan suaraku ini, huh?" goda suara itu.

"Ah yaaaa!! Rizuka! Benar begitu?" akhirnya Maura mengingatnya sambil tertawa
"Yaaa! Syukurlah kalau kau tidak lupa begitu saja dengan orang yang mudah membuat orang lain cepat rindu kepadaku" canda Rizuka
"Ah kau! Tidak banyak berubah darimu!" celetuk Maura

Satu jam berlalu mereka berbincang di telfon sampai Mamah Maura mengomeli Maura, karena khawatir radiasi telfon bisa merusak pendengaran Maura.
Rizuka, sahabat Maura sejak kecil, pindah rumah ke luar Bogor saat mereka masih duduk di bangku SMA yang sama. Banyak orang bilang, masa SMA itu masa yang paling indah. Memang begitu kenyataannya.

Esoknya, Maura telah menyetujui rencana nonton film dengan Rizuka. Sudah banyak yang ingin aku ceritakan padamu Rizuka, ucap dalam hati Maura saat ia sedang membawa mobilnya menuju tempat yang telah dijanjikan dengan Rizuka.

"Mauraaaaaaaaaa!!" teriak Rizuka sambil memeluk erat Maura
"Jangan norak deh kalau baru ketemu lagi sama orang cantik!" canda Maura sambil tertawa
Mereka berdua pun bincang-bincang di cafe yang biasa mereka kunjungi. Dulu mereka sering berlama-lama disana, sampai lupa waktu untuk pulang. Dan toko buku juga adalah tempat favorit mereka. Selain adem untuk dikunjungi, mereka juga bisa membaca buku gratis disana. Ide gila mereka berdua tak pernah habis.

"Eh gimana kabarnya sama si doi?" goda Maura
"Ah gitu aja flat." ucap Rizuka
"Cari dong suasana baru, Riz"
"Udah aku coba. Cuma dia selalu aja bilang bosen. Emang harus gimana lagi sih buat cari suasana baru?"
"Biasanya, lakukan kegiatan yang belum pernah kalian lakukan bareng, Riz"
"Ah sudahlah, biarkan waktu yang menghilangkan kebosanan dia sama aku, Ra"

Melihat sahabatnya sedih, Maura sangat ingin membantunya. Hanya, dia sendiri tidak dapat memberikan solusi yang benar-benar ampuh untuk dia. Karena dia sendiri bingung, bagaimana caranya untuk menghilangkan kebosanan seorang lelaki terhadap pasangannya sendiri?

Sabtu, 12 Oktober 2013

Kembali untuk Pergi #2

0 komentar

Maura, aku ingin kita kembali. Jika aku menyakitimu lagi, kau boleh putuskan kembali..

Aku berpikir dengan tenang, keputusan apa yang akan aku ambil. Niatku, aku akan memberinya kesempatan jika dia memang serius ingin kembali bersamaku. Aku menawarkan diri untuk memberi keputusan esok hari.

Kau boleh memberikan keputusannya besok. Namun, jangan salahkan aku jika satu jam kedepan atau esok hari, keputusanku telah berubah.

Apa yang kau maksud? Bagaimana aku bisa melihat keseriusan kamu ingin kembali, jika kamu berkata seperti itu? Ah, aku tidak mengerti apa maksudmu.

Maura, aku ingin bertanya. Kau lebih nyaman kita seperti apa? Seperti dulu atau seperti sekarang ini? Aku lebih nyaman keduanya.

Entahlah, aku semakin bingung dengan apa yang kamu ucapkan.

Tapi mungkin, aku lebih nyaman kita yang seperti ini. Hanya sekedar teman.

Lalu, apa yang kamu maksud tadi ingin kita kembali?

Maafkan aku Maura, lupakanlah perkataan aku tadi. Anggaplah aku tak pernah berkata seperti ini.

Belum sempat aku berikan keputusanku, kau sudah berniat untuk pergi lagi.

Maafkan aku Maura.

Kamu berikan semua kata-katamu seperti kembali untuk pergi. Aku akan lupakan semua ini, tapi sayangnya, sudah terlanjur tersimpan di memori otak. Lanjutkan lah hidupmu tanpaku, jika itu yang kau inginkan.

Selamat tinggal.

Jumat, 11 Oktober 2013

Kembali untuk Pergi #1

0 komentar

Malam itu, aku sedang mengerjakan tugas matematika yang belum selesai. Tiba-tiba, aku rindu sekali dengan semua candaanmu. Ya, dia yang telah pergi. Salah lah aku menulis tentangmu kembali, karena sebelumnya aku sudah berjanji untuk tidak menulis seperti ini lagi kepadamu. Ingat kah?

Tulisan ini tidak aku niatkan untukmu. Kali ini aku hanya akan berbagi cerita kepada mereka-yang membaca.

Setelah aku selesai mengerjakan tugas, aku memeriksa handphone yang sedari tadi tidak berbunyi. Oh, mati ternyata handphonenya, celetukku kesal. Kemudian aku pun menyalakan kembali handphoneku.

Tidak ada satu chat atau pesan pun yang aku terima. Hh..sudahlah aku terlalu berharap. Harapan itu selalu ada untukmu yang telah pergi. Namun aku selalu sadar diri.

Belum satu menit aku meninggalkan handphoneku, tiba-tiba beberapa chat telah aku terima. Aku terkejut ketika melihat bahwa chat itu dari kamu. Tak tahu harus senang atau kah sedih yang aku rasakan.

Hay, apa kabar?

Ya Tuhan, kamu datang..
Aku pun membalas chatmu satu persatu. Aku sangat rindu saat masa-masa ini, saat kita bercanda satu sama lain tanpa memikirkan masalah yang sedang dihadapi.

Maura, bisakah kita bertemu besok sore? Aku rindu.

Bisa kau bayangkan? Bagaimana rasanya orang yang telah pergi tiba-tiba datang dan mengajakmu bertemu?

Maura, aku ingin bicara serius denganmu. Jangan dulu potong semua obrolanku.

Seperti anak yang menuruti ayahnya, aku tidak membalas dan hanya menunggu dia berbicara.

Sejujurnya, aku ingin kembali bersamamu, Maura. Aku merasa sepi, seperti jarum jam besar tanpa jarum jam kecil, berdetik sendirian.

Bagaimana Maura?

Tuhan, rencana apalagi yang Kau buat untukku?

Rabu, 09 Oktober 2013

"Hai, Anak Kelas Sebelah!"

0 komentar

"Maura! Ini aku kembaliin bukunya"

Kemudian, aku menghampiri dia di depan pintu kelas.

"Makasih yaa!"

Dia mengembalikan buku yg dipinjamnya dariku sambil tersenyum. Padahal bukan dia yang meminjamnya. Ah entahlah, aku sudah terlanjur terpesona olehnya, ucapku dalam hati.

Ah ya, aku belum menceritakan semuanya. Entah dari kapan, aku mengagumi sosok dirinya. Awalnya aku hanya mengagumi suaranya ketika dia bernyanyi. Tapi entahlah sekarang apa nama yang cocok jika bukan sekedar mengagumi.

Karena, tiap aku bertemu dengannya, terkadang aku malu ketika ingin memberikan senyuman terbaikku. Aku hanya menunduk atau menunggu dia untuk melihatku dan memberikan senyuman kepadaku.

Tak banyak orang yang tahu tentang hal ini. Mungkin hanya Lala-teman sebangkuku-yang tahu. Suatu hari ketika aku bosan dengan buku sejarah yang aku baca,

"Ah aku ingin keluar sebentar"
"Mau ngapain hey?" tanya Lala.
"Hanya ingin menghirup udara segar di luar."

Saat aku keluar, di ujung lorong ada segerombolan laki-laki dan aku mengenalnya. Salah satu dari mereka menyapaku. Dan... Oh Tuhan, dia ada diantara mereka!

Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Dia ikut tersenyum saat salah seorang diantara mereka menyapaku.
It's a little thing. Dia tersenyum saja sudah bisa membuat kebosanan ku hilang seketika. Seandainya aku bisa mengenalmu lebih dari ini. Tak bermaksud apa-apa, aku hanya terlanjur penasaran akan semua tentangmu.

Sering-sering lewat depan kelasku ya, Wahai Anak Kelas Sebelah! ucap Maura.

Senin, 07 Oktober 2013

Cinta.

0 komentar

Aku hanya tak ingin mereka pergi. Tetaplah disini selama raga menjaga dunia. Terimakasih Tuhan, kau telah mengirimkan mereka kepadaku. :)

Minggu, 06 Oktober 2013

Surat Terakhir.

0 komentar

Ah, sudah lama sekali aku tak mengucapkan Selamat Malam kepadamu. Atau sekedar menyapa pun rasanya tidak sama sekali.

Bagaimana dengan karirmu? Semoga lancar dan tidak ada gangguan, karena sekarang kau tanpa aku.

Yang aku tahu, kau sangat terobsesi dengan cita-citamu sendiri. Itu hal yang sangat wajar. Namun, semua hal itu berubah menjadi tidak wajar ketika kau mengatakan secara tidak langsung bahwa aku lah penghalang cita-citamu itu.

Mengapa? Bukankah  di belakang seorang pria sukses ada wanita yang selalu mendampinginya? Percayakah dengan kata-kata itu?

Oh ya, semenjak aku mengenalmu sejauh ini, aku sampai lupa bagaimana caranya untuk berpindah ke lain hati. Karena kau sangat meyakinkanku, bahwa kau lah satu-satunya.

Kau jahat sekali. Kau mengajarkanku tentang hal itu. Mungkin ketika kau sudah berpindah ke lain hati, aku baru akan mencobanya.

Namun, aku tidak mau kalah olehmu. Ketika kau sedang mengejar cita-citamu, aku pun akan mengejar cita-citaku. Ketika kau akan berpindah ke lain hati, begitu pun aku.

Aku hanya ingin berpesan kepadamu. Jagalah apa yang kau punya. Jangan menyia-nyiakan apa yang ada. Kau tidak akan tahu, kesederhanaan akan menjadi keistimewaan.

Mudah-mudahan ini surat terakhir dariku. Salahkan lah aku, jika aku mengirimkan surat seperti ini lagi untukmu.

Selamat Malam untukmu, yang telah pergi.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Surat Pertama.

0 komentar

Untuk Kamu, yang telah pergi.

Hai Kamu, bagaimana kabarnya? Sudah lama aku tidak mendengar kabarmu. Mungkin aku masih bisa memantau keadaanmu lewat social media.

Apakah kau tahu? Mamah sedari dulu menanyakan kabarmu. Mungkin beliau aneh melihat aku yang awalnya sering meminta izin keluar untuk main atau sekedar makan bersamamu, namun sekarang tidak.

Saat Mamah menanyakan hal itu. Yang ku katakan hanya sibuk. Mungkin memang kesibukan yang memisahkan kita seperti ini. Dan yang aku tahu, kamu merasa bosan dengan keadaan kita yang seperti itu.

Aku masih ingat jelas, bagaimana kata-kata yang terlontar dari mulutmu waktu itu. Menandakan bahwa ini perpisahan. Namun, kau berpesan kepadaku, jangan jadikan ini yang terakhir. Kau menawarkan bantuan jika aku membutuhkan dia. Namun faktanya sekarang?

Apakah kau sedang berusaha untuk tidak mengingatku kembali? Apapun yang telah kita lewati, simpan saja dalam kotak kenanganmu. Jika kau buang, memangnya aku sampah yang diawal dibutuhkan dan pada akhirnya tidak dipakai begitu saja?

Yang ku harapkan hanya satu. Bersikaplah sewajarnya teman. Pegang dan buktikanlah ucapanmu itu.

Oh ya, satu hal lagi. "Story Book" kita maukah kau baca kembali? Mungkin untuk sekarang, aku akan menyimpan buku itu di deretan koleksi bukuku lainnya. Dan entah kapan akan aku buka kembali.

Jumat, 04 Oktober 2013

Ibu yang lebih dari Ibu.

1 komentar
Mamah. Begitu aku memanggil ibuku.

Aku belum bisa merasakan arti sebenarnya dari seorang ibu. Tapi, yang aku tahu pasti, ibu ialah seorang wanita yang luar biasa hebatnya.

Ibu. Wanita tanpa pamrih. Mungkin, ada kalanya ketika beliau meminta sebuah "imbalan" atas kebaikannya kepada anak-anaknya, namun kini aku mengerti bahwa semua itu hanyalah keluh kesah beliau ketika merasa lelah dan ketika merasa tidak ada seorang pun yang mengertinya.

Ibu. Wanita dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya memang tak ada yang menandinginya. Ada kalanya, ketika seorang ibu bersikap keras dan amarahnya tak bisa tertahan lagi. Kini aku mengerti, bahwa dibalik amarahnya terselip kasih sayang yang memang tak ada tandingannya.

Ibu. Wanita yang pintar bermain drama. Ibu selalu membunyikan perasaan sedih dan lelahnya dengan senyumannya yang tulus. Ikut tertawa ketika melihat anaknya sedang bercanda, ikut bersedih ketika anaknya menangis.

Ibu. Wanita setia. Seberat apapun masalah yang datang kepada anaknya, ibu selalu mendampingi dan memberikan semangat kepada anaknya agar tidak putus asa dalam menghadapi masalahnya. Ketika semua orang pergi, memang ibu lah yang paling setia untuk memberikan pundak bahkan pelukannya untuk kita.

Ibu. Wanita pengertian. Batin seorang ibu terhadap anaknya memang sangat kuat. Tanpa kita memberitahu masalah apa yang sedang kita hadapi, seorang ibu selalu mengetahuinya.

Mungkin semua kata-kata ini tidak akan cukup untuk menggambarkan seorang ibu. Sayangi lah ibumu selagi mereka masih bernafas dan tetap tersenyum untukmu. Berikan yang terbaik untuk beliau. Jangan lupa untuk selalu meminta restunya dalam hal apapun. Karena restunya ibu merupakan restu segalanya, termasuk restu dari Allah.


Khusus untuk Mamah Tercinta yang selalu memberikan cintanya yang tulus :)


Kamis, 03 Oktober 2013

Matahari Palsu.

0 komentar


Dulu dan sekarang ini mungkin berbeda baginya.

Dulu ketika dia merasakan apa yang namanya bahagia, dia sampai tidak percaya akan adanya kesedihan. Dan ketika dia merasakan apa yang namanya kesedihan, dia tidak percaya akan adanya kebahagiaan.

Kau tahu apa artinya kebahagiaan?

Baginya kebahagiaan itu dulu sejak dia bertemu dengan seseorang yang bisa mengajaknya terbang mengudara bebas di langit biru. Tertawa lepas tanpa beban, tanpa memikirkan rintangan yang telah dia lewati karena dia terbang bersama orang itu. Orang itu sudah seperti mataharinya yang selalu menyinari ketika pagi datang, seolah mengucapkan kata-kata Selamat Pagi kepadanya. Orang itu pula seperti petir dan hujan yang selalu datang tiba-tiba, bisa saja membuatnya menangis karena ketakutan. Namun semua itu sirna, ketika orang itu menjelma menjadi matahari kembali. Karena orang itu percaya bahwa dia seperti rumah, layaknya orang itu akan kembali berteduh ketika panas ataupun hujan.

Dan kau tahu apa artinya kesedihan?

Baginya kesedihan itu ketika dia merasa bahwa mataharinya telah berubah perlahan-lahan. Pertanyaan yang selalu saja sama dan sering kali menghampirinya tanpa ragu. Sampai pada puncaknya dia tidak bisa memendam pertanyaan itu untuk lebih lama lagi.

Matahari, kau kemana saja? Aku sangat merindukanmu.

Pertanyaan itu terlontar begitu saja ketika kau-matahari-telah pulang. Tapi kau hanya diam saja. Kau hanya memberikan senyuman kepadanya. Dia pun ikut tersenyum, tapi hatinya tidak. Mungkin dia tidak cukup merasa lega karena kau hanya tersenyum ketika kau pulang.

Darimana saja, Matahari? Mengapa kau hanya tersenyum?

Belum pertanyaannya selesai dilontarkan semua, kau memutuskan untuk pergi darinya. Beberapa alasan kau lontarkan begitu saja tanpa dosa, tanpa memikirkan perasaannya. Mengapa kau begitu kejam padanya? Padahal dia percaya, bahwa kau lah satu-satunya yang bisa membuat dia bahagia. Tapi mungkin sekarang, kau lah satu-satunya yang bisa membuat dia meneteskan air mata berharganya.

Aku rindu kau, Matahari. Sungguh. Aku tidak bohong.

Senin, 23 September 2013

Hilang.

0 komentar

Kehilangan.
Ketika kita merasa benar benar sendiri, mungkin that words can explain that means.
Dan malem ini, "kehilangan" sedang melanda.
Ketergantungan, awal yang gak kita rasain secara langsung. Mungkin ngerasa ketergantungan itu ketika kita ngerasain juga apa yang namanya kehilangan.
Pernah ngerasain bener bener kehilangan? Yang tiap saat selalu ada buat kita, tiba tiba pergi dan menghilang gtu aja..
Kehilangan. Itulah apa kehilangan menurutku. Apa menurutmu?