Maura, aku ingin kita kembali. Jika aku menyakitimu lagi, kau boleh putuskan kembali..
Aku berpikir dengan tenang, keputusan apa yang akan aku ambil. Niatku, aku akan memberinya kesempatan jika dia memang serius ingin kembali bersamaku. Aku menawarkan diri untuk memberi keputusan esok hari.
Kau boleh memberikan keputusannya besok. Namun, jangan salahkan aku jika satu jam kedepan atau esok hari, keputusanku telah berubah.
Apa yang kau maksud? Bagaimana aku bisa melihat keseriusan kamu ingin kembali, jika kamu berkata seperti itu? Ah, aku tidak mengerti apa maksudmu.
Maura, aku ingin bertanya. Kau lebih nyaman kita seperti apa? Seperti dulu atau seperti sekarang ini? Aku lebih nyaman keduanya.
Entahlah, aku semakin bingung dengan apa yang kamu ucapkan.
Tapi mungkin, aku lebih nyaman kita yang seperti ini. Hanya sekedar teman.
Lalu, apa yang kamu maksud tadi ingin kita kembali?
Maafkan aku Maura, lupakanlah perkataan aku tadi. Anggaplah aku tak pernah berkata seperti ini.
Belum sempat aku berikan keputusanku, kau sudah berniat untuk pergi lagi.
Maafkan aku Maura.
Kamu berikan semua kata-katamu seperti kembali untuk pergi. Aku akan lupakan semua ini, tapi sayangnya, sudah terlanjur tersimpan di memori otak. Lanjutkan lah hidupmu tanpaku, jika itu yang kau inginkan.
Selamat tinggal.
0 komentar:
Posting Komentar