Malam itu, aku sedang mengerjakan tugas matematika yang belum selesai. Tiba-tiba, aku rindu sekali dengan semua candaanmu. Ya, dia yang telah pergi. Salah lah aku menulis tentangmu kembali, karena sebelumnya aku sudah berjanji untuk tidak menulis seperti ini lagi kepadamu. Ingat kah?
Tulisan ini tidak aku niatkan untukmu. Kali ini aku hanya akan berbagi cerita kepada mereka-yang membaca.
Setelah aku selesai mengerjakan tugas, aku memeriksa handphone yang sedari tadi tidak berbunyi. Oh, mati ternyata handphonenya, celetukku kesal. Kemudian aku pun menyalakan kembali handphoneku.
Tidak ada satu chat atau pesan pun yang aku terima. Hh..sudahlah aku terlalu berharap. Harapan itu selalu ada untukmu yang telah pergi. Namun aku selalu sadar diri.
Belum satu menit aku meninggalkan handphoneku, tiba-tiba beberapa chat telah aku terima. Aku terkejut ketika melihat bahwa chat itu dari kamu. Tak tahu harus senang atau kah sedih yang aku rasakan.
Hay, apa kabar?
Ya Tuhan, kamu datang..
Aku pun membalas chatmu satu persatu. Aku sangat rindu saat masa-masa ini, saat kita bercanda satu sama lain tanpa memikirkan masalah yang sedang dihadapi.
Maura, bisakah kita bertemu besok sore? Aku rindu.
Bisa kau bayangkan? Bagaimana rasanya orang yang telah pergi tiba-tiba datang dan mengajakmu bertemu?
Maura, aku ingin bicara serius denganmu. Jangan dulu potong semua obrolanku.
Seperti anak yang menuruti ayahnya, aku tidak membalas dan hanya menunggu dia berbicara.
Sejujurnya, aku ingin kembali bersamamu, Maura. Aku merasa sepi, seperti jarum jam besar tanpa jarum jam kecil, berdetik sendirian.
Bagaimana Maura?
Tuhan, rencana apalagi yang Kau buat untukku?
0 komentar:
Posting Komentar