Pages

Minggu, 06 Oktober 2013

Surat Terakhir.

Ah, sudah lama sekali aku tak mengucapkan Selamat Malam kepadamu. Atau sekedar menyapa pun rasanya tidak sama sekali.

Bagaimana dengan karirmu? Semoga lancar dan tidak ada gangguan, karena sekarang kau tanpa aku.

Yang aku tahu, kau sangat terobsesi dengan cita-citamu sendiri. Itu hal yang sangat wajar. Namun, semua hal itu berubah menjadi tidak wajar ketika kau mengatakan secara tidak langsung bahwa aku lah penghalang cita-citamu itu.

Mengapa? Bukankah  di belakang seorang pria sukses ada wanita yang selalu mendampinginya? Percayakah dengan kata-kata itu?

Oh ya, semenjak aku mengenalmu sejauh ini, aku sampai lupa bagaimana caranya untuk berpindah ke lain hati. Karena kau sangat meyakinkanku, bahwa kau lah satu-satunya.

Kau jahat sekali. Kau mengajarkanku tentang hal itu. Mungkin ketika kau sudah berpindah ke lain hati, aku baru akan mencobanya.

Namun, aku tidak mau kalah olehmu. Ketika kau sedang mengejar cita-citamu, aku pun akan mengejar cita-citaku. Ketika kau akan berpindah ke lain hati, begitu pun aku.

Aku hanya ingin berpesan kepadamu. Jagalah apa yang kau punya. Jangan menyia-nyiakan apa yang ada. Kau tidak akan tahu, kesederhanaan akan menjadi keistimewaan.

Mudah-mudahan ini surat terakhir dariku. Salahkan lah aku, jika aku mengirimkan surat seperti ini lagi untukmu.

Selamat Malam untukmu, yang telah pergi.

0 komentar:

Posting Komentar